Saturday, July 18, 2009

:: Temu Menlu Bpk. Hassan Wirayuda ::

Jumpa ma mentri??... Wou sapa yang mo nolak kalau ada yang ngajak ketemu langsung ma mentri, pa lagi Mentri Luar Negri RI (MENLU Republik Indonesia githu lho ha...ha).

Yaa seperti itulah perasaan ku berkata ketika mendengar ajakan Hizbi, ketua aku di KMNTB, untuk bertemu dengan Bapak Hassan Wirayuda di Rumah Duta KBRI. Saat itu beliau menyempatkan hadir dan bertemu langsung dengan mahasiswa -yang pada kesempatan kali ini diwakili oleh utusan kekeluargaan- di sela-sela kesibukan beliau menghadiri KTT non-blok ke-15 di syarmu syaikh.

Bagi kami mahasiswa di luar negri sangat senang sekali ketika akan berjumpa dengan Bapak Menlu, pasalnya dia udah kita anggap sebagai "bapak angkat" selama kita berada di Mesir, layaknya seorang bapak tempat anaknya mengadu, curhat dan bagi-bagi keluh kesah bercampur gembira.


Sosok Dr. Hassan Wirayuda seperti yang sering aku lihat di siaran Televisi saat ia diwawacarai atau ketika beliau memberi sambutan di beberapa kesempatan penting, adalah orang yang sangat santun, ramah dan kental akan senyuman acapkali ketika ia berbicara. Tidak hanya terbaca dari sinyal gerak-geriknya saat bicara, tapi dari wajahnya pun terpancar akhlak yang sangat sopan santun. Apa karena ia terlahir sebagai orang sunda ya? (Eh..emang orang timur gak sopan?? sopan juga lah..nah ni beta orangnya pendiam, ramah n asyik ha...ha narsis :P)

Banyak sekali nostalgia lama yang beliau ceritakan ke kami saat menjabat sebagai Dubes di Kairo tahun '97-'99. Tak aku sadari, sosok ramah seperti beliau bisa juga bercerita panjang tapi terstruktur gak ngelantur ke sana-sini. Masalah krisis mahasiswa, kebaikan para muhsinin Mesir kepada Mahasiswa Indonesia saat terjadi krisis dan cerita tentang krisis moneter di Indonesia yang menyebabkan Mantan Presiden Soeharto harus berkunjung ke Kairo guna meminta respon akan rencana pengunduran beliau sebagai presiden RI ke-2 menjadi point penting pembicaraan beliau. Dan banyak lagi cerita beliau kepada kami saat itu, hingga tak terasa hampir 2 jam beliau bercerita.

Tak hanya ber-nostalgia ria saja, tapi beliau juga banyak memberikan kami motivasi bahwa harapan masyarakat Indonesia terhadap mahasiswa luar negri sangatlah begitu besar, dan balasan setimpal bagi masyarakat Mesir di Indonesia yang udah banyak membantu satu-satunya adalah Prestasi Studi. Dan juga nasihat beliau kepada kami, status ekonomi keluarga kita sekarang tidaklah menjadi penghalang untuk meraih kesuksesan di kemudian hari kelak, beliau mencohtohkan latar belakang ekonomi keluarga dari beberapa teman beliau yang sekarang duduk sebagai mentri dan juga cerita beliau sendiri sebagai anak seorang guru biasa.

Selesai dialog santai di ruang tamu Duta, seperti biasa, sebagai jamuan tuan rumah kepada tamunya, apalagi ini Bapak Menlu, pastinya Bapak Dubes kita pun juga akan lebih menyambut dengan sangat meriah atas kunjungannya, karena di sinilah saat-saat "cari muka" harus ditampakkan demi sebuah citra (ha...ha cara basi pejabat-pejabat kita). Jamuan yang sungguh istimewa bagi kami mahasiswa rantau; bakso, halawah atau manisan, bubur, es sirup, gorengan dan buah-buahan menjadi satu di atas meja. seumur-umur baru kali ini aku merasakan hidangan makan malam seperti ini, kalau hanya sekedar lihat mah, udah sering bozz ha..ha.

Bawabah II-Kairo, 19 Juli 2009.

Saat mata ku mulai berat setengah watt, karna jam sudah menunjukkan pukul 01.30 Malam.

Read More..

Friday, July 17, 2009

:: My Beloved Family ::













Nih bepung Ayah n Mama...
so sebelahnya adik si mata wayang!!

Jadul abizzz :)
Read More..

Friday, July 10, 2009

:: My Sweet Memories in Fayyum ::


The big Family :)











Nih gaya makanY orang Mesir,asyikan!








Kapan bisa gendong anak sendiri ya?? =))
Read More..

Thursday, July 9, 2009

:: Suuq Sayyarat Sore Hari ::

Sore itu aku mencoba itu meng-iyakan ajakan temanku Ocheed tuk bermain bola di suuq sayyarat. Tidak hanya aku, kawan-kawan serumahku pun diajak, tak tahu apa pasal seheboh ini, tiba-tiba saja tanpa terencana sebelumnya, kami diajak turun lapangan suuq sayyarat (parkiran tempat penjualan mobil di Kairo). Oh yaa, saya baru ingat mengapa si Ocheed mengajak kami main bola, oh rupanya ia ingin berbagi kebahagian dengan kami atas rizki nomplok yang diterimanya dengan nongkrong di tempat 'ashob selepas bermain bola.

Sebelum aku bersiap-siap melepas sarung yang terlipat di badanku seperti lipatan lontong, aku yang pada saat itu hanya bertutupkan kain sarung yang menempel setengah badanku dan berusaha melundungin aurat tubuhku. Tak tau kenapa, sore itu rupanya panas kairo di Musim panas (as shaif) membakar tubuh-tubuh penghuninya.

Jam sudah menunjukkan pukul 18.30 Sore, jatah main bola kami pun pasti akan berkurang jika waktu terus-menerus diulur, karen aadzan magrib akan berkumandang pukul 20.00 tepat. Suara gedoran pintu rumah depan kami pun sudah mulai mencengking telingaku. Maka tak lama kemudian, akupun segera bangun dari kemalasanku di depan laptop sambil menikmati tulisan-tulisan tak beguna di blog baruku. Ngomong-ngomong gak berguna, saya jadi ingat pesan Mas Wisnu Nugroho, seorang bloger tetap di rubrik "Kompasiana", ia mengatakan: "mengkabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting". Makanya, jangan meremehkan hal yang tak berguna, karena jika tak ada dia, maka yang bergunapun pasti tak ada. Tul gak logika ini??


Untuk pertama kalinya hari itu, aku bisa menikmati permainan bola di sore hari bersama para langganan suuq sayyarat, tidak hanya mahasiswa Indonesia saja yang meramaikan permaianan bola kaki saat itu, banyak dari negara pendatang lain pun yang turut bercampur baur di suuq sayyarat guna melepaskan kreativitas mereka dalam mengocek bola bundar.

Selepas bermain bola, aku baru sadar bahwa mengapa setiap minggunya bahkan hampir setiap hari suuq sayyarat selalu dipadati oleh para "gibol" (pencinta bola). Tak tahu mengapa, seberapa gilanya mereka dengan bola, padahal kondisi lapangan di suuq sayyarat tidak seperti lapangan biasa yang beralaskan tanah berumput, tapi ini hanyalah aspal keras biasa.

Jauh dari yang dibayangkan, ternyata memang nikmat serasa menikmati firakh (ayam bakar) di saat perut ini mulai meronta-ronta. Jangankan itu, akupun baru tersadari, teman serumahku Agus, Heru dan Irfan begitu menikmati permainan bola sore hari di suuq sayyarat, selain karena ingin melampiaskan hobi main bola mereka, ada hal lain mengapa mereka suka main bola? Ya..KEBERSAMAAN DAN BERSILATURAHMI. Itu yang juga aku rasakan selepas bermain bola.

Kecanduan main bola aku pun kayaknya akan berlanjut setiap hari, terbukti keesokan harinya, aku turut meramaikan permainan bola di kalangan kawan-kawan Persis, yang tak lain adalah kawan-kawan dekatku juga; seperti Ocheed, Ogay, Risyan, Agus TR, Mang Apep, Ivenk dll. Semoga ini tetap berlanjut, dengan berharap perutku yang semakin lama membuncit 1 centi setiap harinya akan berkurang, ha...ha...ha.... Amin!!

Cairo, 10 Juli 2009.
.:: Selepas sarapan pagi yang telat hingga jam 1 siang ::.


Read More..

Tuesday, July 7, 2009

:: 5 Menit untuk 5 Tahun; Cara Pandang Memilih Capres RI 2009 ::

Tentunya akan berbeda hasilnya jika kita membandingkan antara seseorang yang memilih Capres karena melihat faktor keaggotaannya pada parpol tertentu yang mengusung Capres dan antara seseorang yang memilih Capresnya atas dasar figur Capres tersebut. Atau juga akan berbeda lagi jika seseorang memutuskan untuk memilih Capresnya berdasarkan hubungan kedaerahan.


Maka dari cara pandang kita yang variatif ini dalam memilih capres besok (8/6/09), setidaknya dapat kita simpulkan ada 4 cara pandang masyarakat Indonesia dalam memilih capresnya:

Pertama: Faktor Parpol.

Ada beberapa alasan mengapa banyak dari masyarakat kita menggunakan hak pilihnya kepada seorang pemimpin negara karena melihat ia diusung oleh partainya.


1. Kewajiban sebagai seorang anggota parpol yang wajib patuh pada keputusan pimpinan partai (baca: instruksi). Tapi hal ini sebenarnya adalah sikap yang kurang bijak dalam berdemokrasi, karena pada dasarnya, memilih sebuah pemimpin haruslah dimulai dari kesadaran pribadi tanpa ada paksaan orang lain.

2. Visi misi capres sesuai dengan Partai. Biasanya alasan ini muncul dari anggota partai aktif yang mengerti betul isi dalam partainya (baca: fungsionaris partai). Karena mempunyai kesepahaman yang sama dengan partai, maka capres tersebut akan banyak didukung oleh anggota parpol. Sikap seperti ini tentunya akan membawa sebuah kebaikan manakala visi misi parpol tersebut tidak keluar dari niat ikhlas memajukan negara dan membawa perubahan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia.

3. Iming-iming partai. Alasan ini acapkali kita dapati di lapangan, walaupun secara fakta, kita tidak dapat mengklaim alasan orang ini adalah uang atau jabatan, karena ini adalah konsekwensi dalam ber-demokrasi; Semakin tinggi intima' (baca: loyalitas) kita pada partai, maka semakin besar pula-lah kesempatan kita mendapat kursi jabatan, atau dapat kita istiahkan dengan hukum kausalitas.

Kedua: Faktor Figur Pemimpin.

Seseorang yang telah siap mejadi pemimpin dan bertekat bulat ingin memajukan bangsa Indonesia, mereka pantas digelari dengan pahlawan sejati bangsa. Mengapa? Karena seorang calon pemimpin harus lah siap menerima tanggung jawab besar mengemban amanah bangsa Indonesia dengan penuh keberanian dan tanggung jawab (responsbilty) yang besar, walaupun nyawa menjadi taruhannya. Maka sejatinya, karakter pemimpin seperti ini akan kita temukan manakala ia mempunyai kepribadian yang mulia dan dapat menjadi qudwah bagi masyarakat yang dipimpinnya.

Oleh karenanya, tak salah sebagaian dari masyarakat kita lebih memilih sosok pemimpin yang kelak dapat menjadi suri tauladan dan panutan masyarakat, seperti berakhlaq mulia, berprilaku sopan, penuh perhatian pada yang dipimpinnya dan tanggung jawab akan tugasnya.
Ketiga: Faktor kesukuan Pemimpin.

Nampaknya di era globalisasi seperti ini, tidak pantas lagi jika ada orang yang masih berpikir untuk memilih calon pemimpin hanya berdasarkan kesukuan semata (sukuisme). Karena bila kita kembali menengok kesepakatan bangsa Indonesia yang terakumulasi dari Falsafah negara "Bhineka Tunggal Ika" yaitu Satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, maka kita dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam memimpin negara Indonesia, tidak pandang latar belakangnya apa dia.

Maka tidaklah bijak, jika alasan memilih pemimpin negara hanya semata berdasarkan kesamaan suku, karena sikap itu telah keluar dari norma-norma nasinalisme yang sering didengungkan oleh bangsa Indonesia. Tetapi akan berbeda jika pilihannya pada capres tertentu punya alasan lain selain faktor kesamaan suku.


Keempat: Faktor Ideologi.

Ideologi adalah sebuah cara pandang komprehensif yang bertujuan menawarkan perubahan melalui proses pemikiran yang sistematis. Ia merupakan sistem pemikiran yang dibentuk dan diterapkan sehingga ia dapat terkonsep sebagai visi inti sebuah politik (Wikipedia). Oleh karenya, sasaran penerapan ideologi ini tidak hanya terpaku pada satu lini dari kehidupan manusia, melainkan ia bersifat merata, menyeluruh ke persoalan kehidupan manusia.

Visi Misi setiap Capres-Cawapres antara satu dan yang lainnya pasti mempunyai perbedaan mendasar jika dilihat dari dasar ideologi. Konsep ekonomi misalnya, Capres MegaWati jelas mempunyai ideologi ekonomi yang berbeda dengan Ideologi ekonomi yang ditawarkan oleh SBY-Boediono, begitu juga JK-Wiranto. Ideologi ekonomi Mega adalah ekonomi kemasyaraktan, berbeda dengan Ideologi Ekonomi JK yang bersifat mandiri. Inilah yang menjadikan masing-masing capres-cawapres mempunyai karakter yang berbeda.

Demikianlah beberapa faktor yang menjadi alasan bangsa Indonesia dalam memilih calon pemimpinnya. Akan lebih baik, jika kita memilih capres-cawapres nanti dengan menggabungkan semua faktor di atas, itupun jika semuanya terpenuhi dalam diri setiap capres, jika tidak, maka pilihlah yang lebih ashlah.

Tulisan ini tidak bermaksut memprovokasi kawan-kawan untuk memilih salah satu capres-cawapres tertentu, akan tetapi saya hanya mengingatkan bahwa untuk memilih seorang pemimpin haruslah punya alasan yang logis, atas dasar nati nurani sendiri dari hasil pengamatan, tidak asal memilih apalagi karena sogokan uang. Menimbang kita sebagai insan akademis yang selalu mengkedepankan nilai-nilai ilmiah dan kritis.

Semoga pilihan kita besok dapat membawa perubahan negara Indonesia ke langkah yang lebih baik, Semoga !!!

Kairo, 09 Juli 2009.
.:: Beberapa menit menjelang pemilihan ::.

Read More..