Tuesday, July 7, 2009

:: 5 Menit untuk 5 Tahun; Cara Pandang Memilih Capres RI 2009 ::

Tentunya akan berbeda hasilnya jika kita membandingkan antara seseorang yang memilih Capres karena melihat faktor keaggotaannya pada parpol tertentu yang mengusung Capres dan antara seseorang yang memilih Capresnya atas dasar figur Capres tersebut. Atau juga akan berbeda lagi jika seseorang memutuskan untuk memilih Capresnya berdasarkan hubungan kedaerahan.


Maka dari cara pandang kita yang variatif ini dalam memilih capres besok (8/6/09), setidaknya dapat kita simpulkan ada 4 cara pandang masyarakat Indonesia dalam memilih capresnya:

Pertama: Faktor Parpol.

Ada beberapa alasan mengapa banyak dari masyarakat kita menggunakan hak pilihnya kepada seorang pemimpin negara karena melihat ia diusung oleh partainya.


1. Kewajiban sebagai seorang anggota parpol yang wajib patuh pada keputusan pimpinan partai (baca: instruksi). Tapi hal ini sebenarnya adalah sikap yang kurang bijak dalam berdemokrasi, karena pada dasarnya, memilih sebuah pemimpin haruslah dimulai dari kesadaran pribadi tanpa ada paksaan orang lain.

2. Visi misi capres sesuai dengan Partai. Biasanya alasan ini muncul dari anggota partai aktif yang mengerti betul isi dalam partainya (baca: fungsionaris partai). Karena mempunyai kesepahaman yang sama dengan partai, maka capres tersebut akan banyak didukung oleh anggota parpol. Sikap seperti ini tentunya akan membawa sebuah kebaikan manakala visi misi parpol tersebut tidak keluar dari niat ikhlas memajukan negara dan membawa perubahan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia.

3. Iming-iming partai. Alasan ini acapkali kita dapati di lapangan, walaupun secara fakta, kita tidak dapat mengklaim alasan orang ini adalah uang atau jabatan, karena ini adalah konsekwensi dalam ber-demokrasi; Semakin tinggi intima' (baca: loyalitas) kita pada partai, maka semakin besar pula-lah kesempatan kita mendapat kursi jabatan, atau dapat kita istiahkan dengan hukum kausalitas.

Kedua: Faktor Figur Pemimpin.

Seseorang yang telah siap mejadi pemimpin dan bertekat bulat ingin memajukan bangsa Indonesia, mereka pantas digelari dengan pahlawan sejati bangsa. Mengapa? Karena seorang calon pemimpin harus lah siap menerima tanggung jawab besar mengemban amanah bangsa Indonesia dengan penuh keberanian dan tanggung jawab (responsbilty) yang besar, walaupun nyawa menjadi taruhannya. Maka sejatinya, karakter pemimpin seperti ini akan kita temukan manakala ia mempunyai kepribadian yang mulia dan dapat menjadi qudwah bagi masyarakat yang dipimpinnya.

Oleh karenanya, tak salah sebagaian dari masyarakat kita lebih memilih sosok pemimpin yang kelak dapat menjadi suri tauladan dan panutan masyarakat, seperti berakhlaq mulia, berprilaku sopan, penuh perhatian pada yang dipimpinnya dan tanggung jawab akan tugasnya.
Ketiga: Faktor kesukuan Pemimpin.

Nampaknya di era globalisasi seperti ini, tidak pantas lagi jika ada orang yang masih berpikir untuk memilih calon pemimpin hanya berdasarkan kesukuan semata (sukuisme). Karena bila kita kembali menengok kesepakatan bangsa Indonesia yang terakumulasi dari Falsafah negara "Bhineka Tunggal Ika" yaitu Satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, maka kita dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam memimpin negara Indonesia, tidak pandang latar belakangnya apa dia.

Maka tidaklah bijak, jika alasan memilih pemimpin negara hanya semata berdasarkan kesamaan suku, karena sikap itu telah keluar dari norma-norma nasinalisme yang sering didengungkan oleh bangsa Indonesia. Tetapi akan berbeda jika pilihannya pada capres tertentu punya alasan lain selain faktor kesamaan suku.


Keempat: Faktor Ideologi.

Ideologi adalah sebuah cara pandang komprehensif yang bertujuan menawarkan perubahan melalui proses pemikiran yang sistematis. Ia merupakan sistem pemikiran yang dibentuk dan diterapkan sehingga ia dapat terkonsep sebagai visi inti sebuah politik (Wikipedia). Oleh karenya, sasaran penerapan ideologi ini tidak hanya terpaku pada satu lini dari kehidupan manusia, melainkan ia bersifat merata, menyeluruh ke persoalan kehidupan manusia.

Visi Misi setiap Capres-Cawapres antara satu dan yang lainnya pasti mempunyai perbedaan mendasar jika dilihat dari dasar ideologi. Konsep ekonomi misalnya, Capres MegaWati jelas mempunyai ideologi ekonomi yang berbeda dengan Ideologi ekonomi yang ditawarkan oleh SBY-Boediono, begitu juga JK-Wiranto. Ideologi ekonomi Mega adalah ekonomi kemasyaraktan, berbeda dengan Ideologi Ekonomi JK yang bersifat mandiri. Inilah yang menjadikan masing-masing capres-cawapres mempunyai karakter yang berbeda.

Demikianlah beberapa faktor yang menjadi alasan bangsa Indonesia dalam memilih calon pemimpinnya. Akan lebih baik, jika kita memilih capres-cawapres nanti dengan menggabungkan semua faktor di atas, itupun jika semuanya terpenuhi dalam diri setiap capres, jika tidak, maka pilihlah yang lebih ashlah.

Tulisan ini tidak bermaksut memprovokasi kawan-kawan untuk memilih salah satu capres-cawapres tertentu, akan tetapi saya hanya mengingatkan bahwa untuk memilih seorang pemimpin haruslah punya alasan yang logis, atas dasar nati nurani sendiri dari hasil pengamatan, tidak asal memilih apalagi karena sogokan uang. Menimbang kita sebagai insan akademis yang selalu mengkedepankan nilai-nilai ilmiah dan kritis.

Semoga pilihan kita besok dapat membawa perubahan negara Indonesia ke langkah yang lebih baik, Semoga !!!

Kairo, 09 Juli 2009.
.:: Beberapa menit menjelang pemilihan ::.

No comments:

Post a Comment

.:: Thanks your Comment on me !