Monday, July 6, 2009

:: Relay Cangkir Wisma: "4 HAri Menuju Kursi Presiden"  ::


Sebagai langkah memperkenalkan visi misi serta profil masing-masing capres dan cawapres 2009 ke khalayak umum khususnya bagi masyarakat Indonesia di luar Negri dan dalam rangka sosialisasi pemilu presiden dan wakil presiden yang akan digelar pada tanggal 08 Juli nanti di TPS terdekat. Maka, PPLN Kairo sebagai representasi KPU di Luar Negri berkejasama dengan PPMI mengadakan Debat Tim Sukses dari dua kandidat; SBY-Boediono dan JK-Wiranto, sekaligus sosialisasi pelaksanaan Pemilu. Turut hadir pada acara tersebut, Dubes RI. Kairo Bpk. A.M. Fachir.

Menurut surat undangan yang kami terima bahwa acara akan dimulai pukul 18.00 CLT s/d selesai. Wallahu'alam saya tidak mengerti apa ini kesalahan masisir yang hadir terlambat sehingga acara pun mundur hingga 2 jam, atau memang kesengajaan Panitia yang sengaja mempercepat jadwal undangan dengan maksud mensiasati keterlambatan kawan-kawan masisir. Jika benar kemungkinan yang ke-dua, maka terulang lagi pembohongan public.


Okelah, pada tulisan ini saya tidak perlu mengomentari panjang lebar perihal keterlambatan acara, karena yang akan saya fokuskan pembicaraan kali ini relay Cangkir Wisma (Rancang Pikir Wacana dan Isi Hati Mahasiswa) yang kali ini didesain agak berbeda dengan sebelumnya. Bagi kawan-kawan yang belum bisa hadir pada acara semalam (04/6/09), saya ingin mencoba merekam ulang hasil debat ke-dua Tim sukses tersebut. Semoga apa yang saya sampaikan tidak jauh dari realita.

Tema debat yang diangkat oleh panitia seputar masalah "Pendidikan dan kebudayaan Indonesia". Sebagai Moderator pada acara ini ialah sahabat dekat saya Rashid Satari, sedangkan perwakilan Tim Sukses SBY-Boediono adalah Iswan Kurnia Hasan dan Anov, dan perwakilan tim Sukses JK-Wiranto adalah Mush'ab Muqaddas dan Abdul Hakim. Adapun pembanding, dua mahasiswa S II yang sama-sama lulusan SI di UIN Jakarta; Cecep Taufiqurrahman dan Fakhrurazi Jawawi.

Pertanyaan pertama oleh sang moderator seputar pendidikan dalam konteks ke-indonesiaan yaitu penurunan kwalitas pendidikan Indonesia. Sebagai pertanyaan Moderator -yang saya kira agak begitu menantang-, "apa yang akan dilakukan setiap capres dan cawapres dalam memperbaiki citra dan kwalitas pendidikan di Indonesia?.

Kedua tim Sukses masing-masing diberikan 3 Menit untuk menjawab pertanyaan moderator. Kesempatan pertama diberikan kepada Tim Sukses SBY-Boediono, Anov aktivis partai Demokrat menjawab: ada 8 point yang ditawarkan oleh SBY-Boediono untuk meningkatkan kwalitas pendidikan Indonesia (Maaf saya hanya mencatat 4 point saja):
1. Rehabilitasi gedung-gedung sekolah yang rusak
2. Peningktan kwalitas guru
3. Sertifikasi guru-guru
4. Alokasi APBN untuk pendidikan 20%

Jawaban selanjutnya datang dari Tim Sukses JK-Win yang disambut dengan tepuk tangan meriah dan sorak-sorak pendukungnya yang lengkap dengan atribut kaos bertuliskan "JK-Win; Lebih cepat, Lebih Baik". Jawaban mereka hampir sama, hanya sedikit berbeda pandangan tentang Rehabilitasi gedung-gedung sekolah, karena menurut mereka, "gedung yang bagus tidak mungkin dapat menaikkan kwalitas pendidikan jika SDM guru pun tidak diperhatikan". Jawab Mush'ab Muqaddas aktivis Golkar.

Tiba saatnya waktu 2 menit diberikan kepada pembanding untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. Pertanyaan pertama oleh Cecep Taufiqurrahman tentang respon pemerintah yang masih kurang mengapresiasi terhadap usaha para lulusan luar negri yang mati-matian berusaha menempuh jenjang studi hingga ke tingkat S3. Akibatnya, menurut cecep, terjadinya Migrasi Intelektual ke beberapa negri semisal Malaysia.

Acara semakin seru, ketika pertanyaan Cecep yang keluar dari tema inti yaitu tentang perubahan status masisir secara radikal dari Akademis ke Politikus hingga tingkat Nasional. "Apa yang menjadi faktor pendorong perubahan ini, atas dasar Idealisme kah? ikatan ideologi partai kah?", tanya Cecep.

Dengan lantangnya, Iswan menjawab: "pertanyaan ini seharusnya tidak keluar dari kita yang notabenenya seorang intelektual yang hidup di era Demokrasi, pertanyaan ini tepat ditanyakan ketika era Orba, karena dulu mahasiwa tidak boleh campur tangan masalah politik, cukup belajar dan mengabdi mencerdaskan masyarakat". Imbuhnya dengan semangat.

Kini tiba pertanyaan kedua dari Moderator seputar masalah Kebudayaan Indonesia. "Semakin lama simbol-simbol kebudayaan kita dicolong oleh negara luar, seperti Reog Ponorogo, gamelan dan batik seperti baju batik pinjaman yang saya pakai saat ini". Canda Rashid.

Jawaban dilemparkan ke Pendukung JK-Win yang diwakili oleh Mush'ab Muqaddas. "selain sertifikasi guru yang ditawarkan oleh Capres dan Cawapres SBY-Boediono, perlu juga adanya sertifikasi budaya". Imbuhnya.

Kini giliran Fakhrurazi sebagai pembanding menanyakan kepada kedua Tim Sukses tersebut. Tetapi, Sebelum ia bertanya, ada sedikit keluhan dari dirinya tentang ide adanya acara seperti ini, karena baginya, "acara seperti ini tidak ada efeknya sama sekali, toh mereka tidak dapat merepresentasikan visi misi yang diusung oleh kandidatnya". Keluhnya.

Acara yang dipadati oleh masisir yang hadir pada saat itu terpaksa harus ditutup karena jam sudah menunjukkan pukul 23.00 CLT. Sebagai penutup acara, Penghargaan piagam diberikan kepada masing-masing Tim Sukses oleh Ketua PPLN Bapak. Abdullah. Disusul pemberian penghargaan kepada kedua pembanding oleh Presiden PPMI Abdullah Yazid dan untuk Moderator diberikan oleh Ketua Panitia Acara Zamil.

No comments:

Post a Comment

.:: Thanks your Comment on me !